ARTICLE AD BOX
NEGARA, NusaBali - Komang Kusuma Jaya,37, warga Banjar Wali, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, ditemukan tewas di tepi sungai kawasan Dusun Bimo, Desa Bimorejo Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (10/3) dini hari. Kematiannya menyisakan misteri dan duka mendalam bagi keluarga yang menduga ada unsur pembunuhan dalam kejadian tersebut.
Dari informasi di rumah duka, Selasa (11/3), sebelum ditemukan tewas, Kusuma Jaya alias Bentar ini berpamitan kepada keluarga untuk mengambil sepeda motor miliknya yang diduga digadaikan oleh rekannya Putu Saputra Adinata alias Gading di Banyuwangi. Korban bersama Gading yang juga tetangga korban itu pergi pada Minggu (9/3) pagi lalu ke Banyuwangi.
Perwakilan keluarga, I Wayan Sutama mengungkapkan, peristiwa itu bermula dari motor jenis Yamaha N-Max milik korban yang dipinjam oleh Gading pada sekitar pekan lalu. Saat itu, Gading meminjam motor korban dengan alasan mengambil surat kir milik temannya. Namun motor tersebut justru dibawa ke Banyuwangi.
"Awalnya, dia (Gading) sempat mengaku kalau motor ditaruh di rumah keluarganya di Banyuwangi. Pengakuannya dia meninggalkan motor (milik korban) karena kondisi sakit dan tidak bisa bawa motor," ucap Sutama. Setelah hampir sepekan berlalu, korban terus berusaha menanyakan keberadaan motornya. Akhirnya Gading pun mengaku bahwa motor korban telah digadaikan di Banyuwangi.
Mendapat pengakuan itu, korban pun meminta agar si Gading bertanggungjawab dan meminta diantar langsung ke tempat motornya digadaikan. "Mereka (korban dan Gading) berangkat dari rumah hari Minggu (9/3) sekitar pukul 08.00 Wita. Mereka berangkat bawa motor (Honda) Beat putih yang sebelumya sempat digadaikan oleh Gading dengan warga di sini. Nah, yang sempat menerima gadai motor Beat itu juga berbaik hati meminjamkan uang kepada Gading untuk menebus motor keponakan saya," ujar Sutama.
Saat kepergian ke Banyuwangi itu, Sutama mengatakan bahwa keluarga merasa curiga karena hingga Minggu (9/3) sore, tidak ada kabar dari korban. Saat berusaha dihubungi, handphone (Hp) korban dalam kondisi aktif, namun tidak diangkat. Kecurigaan keluarga pun semakin menguat ketika Gading diketahui pulang sendirian pada Senin (10/3) sekitar pukul 06.00 Wita. Saat ditanyakan oleh ibu korban, si Gading mengatakan bahwa korban menginap di salah satu tempat hiburan malam di Desa Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo. Gading pun menyatakan bahwa korban menginap di salah satu tempat hiburan malam itu untuk bayar kaul.
"Dibilang kalau Bentar (korban) nginep di Delod Berawah untuk bayar kaul karena sudah mendapatkan kembali motornya. Tapi pas bicara itu, katanya dia (Gading) seperti panik dan gemetar. Pas itu katanya Gading juga sempat mengatakan ke ibu korban kalau dirinya akan kerja ke luar daerah," ucap Sutama. Kecemasan keluarga pun memuncak ketika Senin (10/3) sekitar pukul 18.00 Wita. Di mana saat Senin sore itu, pihak keluarga mendapat kabar bahwa Bentar ditemukan tewas di pinggir sungai di Wongsorejo, Banyuwangi.
"Ya ternyata sudah meninggal. Dari informasi polisi (di Banyuwangi), diperkirakan kalau keponakan saya itu sudah meninggal sejak sehari sebelumnya (hari Minggu)," ujar Sutama. Saat ini keluarga belum mengetahui di mana keberadaan motor korban. Sebelumnya pada Minggu malam sekitar pukul 20.00 Wita, Sutama menyatakan salah satu paman korban yang lain juga sempat menghubungi korban melalui telepon, namun tidak diangkat, sempat mengirim pesan WA.
Pesan WA ke HP korban itu pun dibalas dengan menyatakan bahwa tidak mengangkat telepon karena sempat ketiduran dan mengabarkan baru turun dari kapal di Pelabuhan Gilimanuk. Keluarga menduga pesan tersebut dibalas oleh Gading menggunakan HP korban. Kejanggalan lain yang ditemukan juga terkait adanya ember dan pancing di dekat mayat korban. Padahal korban tidak suka memancing.
"Sementara Gading saat ini tidak ada di rumahnya," imbuh Sutama. Sutama menyatakan, proses penjemputan jenazah keponakanya di Banyuwangi juga diwarnai kebingungan keluarga terkait persetujuan autopsi. Sutama mengaku, awalnya berencana agar pihak kepolisian melakukan otopsi dan mengusut tuntas misteri kematian korban.
Namun setelah mendapat penjelasan bahwa proses otopsi membutuhkan waktu antara 5-6 hari, pihak keluarga berpikir ulang. Terlebih melihat kondisi jenazah yang sudah bengkak dan membiru, keluarga akhirnya memutuskan untuk membawa pulang jenazah dan menandatangani pernyataan penolakan otopsi.
Meski demikian, Sutama mengaku berharap agar pihak kepolisian dapat mengusut tuntas kasus kematian korban. Terlebih dengan sederet kejanggalan yang memperkuat dugaan bahwa keponakanya merupakan korban pembunuhan.
"Kami pihak keluarga sangat meminta kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini. Banyak kejanggalan atas kematian keponakan saya ini," ucap Sutama. Terkait jenazah korban sendiri, telah tiba di rumah duka pada Selasa sore kemarin sekitar pukul 14.00 Wita. Almarhum Bentar yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara ini masih lajang. Terkait upacara pengabenan masih dirembugkan keluarga. 7 ode